Selasa, 13 September 2016

GERAKAN MAGRIB MENGAJI

GERAKAN MAGRIB MENGAJI

      Program Gemmar Mengaji atau singkatan dari Gerakan Masyarakat Maghrib Mengaji kini mulai bergaung dimana-mana. Kalau boleh saya tambahkan, sebenarnya lebih tepat disebut dengan Gerakan Masyarakat Maghrib (kembali) Mengaji. Mengingat sebenarnya budaya mengaji saat maghrib sudah mengakar jauh di Indonesia. Bahkan kenangan masa kecil kita  pasti mengantarkan suasana setelah maghrib adalah waktu khusus yang penuh kekhusyukan, digunakan untuk mengaji baik dilanggar mushola maupun rumah. Para orang tua pun bersemangat dalam mengajarkan baca quran kepada anak-anaknya yang masih beliau. Jadi, sebenarnya ini gerakan menghidupkan kembali mengingat di zaman ini banyak hal yang menyibukkan para orang tua dan anak-anak sehingga tak secara khusus mengalokasikan waktu untuk mengaji.

    Secara resminya program Gemmar Mengaji ini diluncurkan oleh Menteri Agama Suryadharma Ali pada 30 Maret 2011,  dan menjadikan enam provinsi sebagai daerah percontohan; masing-masing. yakni DKI, Jabar, Jateng, Jatim, Banten, dan DIY.  Tak tanggung-tanggung, secara teknis program ini didesain melibatkan 800 ribu masjid/musholla dan menggerakan 95 ribu penyuluh (sebutan juru dakwah resmi dari Kemenag) di seluruh pelosok tanah air. Para penyuluh akan membina 496.000 majelis taklim di Indonesia. Program ini juga akan melibatkan 300 ribu guru agama dan 50.000 pondok pesantren.
Bak gayung bersambut, gerakan ini langsung diikuti oleh  Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Agama (Kemenag) DKI Jakarta yang kemudian juga meluncurkan gerakan tersebut khusus bagi warga Ibu Kota, pada Selasa 26 April 2011 di  Masjid At Tin Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Peluncuran di Masjid At-Tiin tersebut dihadiri sekitar 1.500 undangan dari pimpinan majelis taklim, organisasi masyarakat (ormas) Islam, pejabat Kemenag dan Pemprov DKI Jakarta.

     Di Jogja program ini segera disambut dengan sepenuh hati. Tak kurang disebutkan dalam Hidayatullah.com , sekretaris Umum MUI DIY, KRT Ahmad Muhsin Kalamudiningrat, menyatakan secara khusus bahwa Gemmar Mengaji dapat menangkal pengaruh negatif yang ditayangkan lima ‘layar’. Kelima layar itu adalah layar televisi, telepon seluler (ponsel), internet, komik, dan majalah atau komik. Muhsin juga menambahkan, “Program itu harus didukung. Di Yogyakarta, sebetulnya gerakan membaca al-Quran sudah lama digalakkan, yang diperkuat dengan Ingub (Instruksi Gubernur DIY tentang Gerakan Pemahaman dan Pengamalan Isi Kandungan Al Quran)”. Pihak  Kemenag Provinsi DIY pun siap  menindaklanjuti program tersebut dan diawali dengan sosialisasi ke kabupaten/kota di DIY. Kepala Kanwil Kemenag Provinsi DIY menjelaskan, “Gerakan ini akan ditindaklanjuti bersama Gubernur DIY dan kebetulan sinergis dengan Instruksi Gubernur DIY No 5 Tahun 1997 tentang Gerakan Pemahaman dan Pengamalan Isi Kandungan Al Quran (GPPA)”.

     Apresiasi yang lain datang dari Anggota Komisi VIII DPR RI Herlini Amran,  ia melihat program ini adalah sebuah upaya terobosan untuk memperbaiki akhlak umat khusus generasi muda sehingga mereka bisa paham tentang ajaran agamanya. Lebih jauh dari itu ia menambahkan, “Upaya ini juga merupakan salah satu bentuk ketahanan keluarga. Karena dari keluarga lah ketahanan dan kekuatan bangsa dimulai. Dengan adanya gerakan ini mudah-mudahan tidak ada lagi buta huruf Al-Qur`an bagi keluarga muslim,”
Nah, sahabat Indonesia yang optimis … tunggu apa lagi ? Mari kita sambut seruan kebaikan ini dengan kembali membudayakan gemar membaca Al-Quran selepas maghrib. Sambil mendulang pahala, kita pun bisa bernostalgia kembali dengan masa kecil kita.  Postingan seputar Gemmar Mengaji, insya Allah akan terus berlanjut.

  Semoga bermanfaat dan salam optimis.
WASSALAMUALAIKUM WR.WB.

0 komentar:

Posting Komentar